Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iklan

Iklan

Ketokohan dan Kemampuan Teungku Munawar SPdI Dalam Kiprah Berpolitik

Kamis, 01 Mei 2025 | Mei 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-01T23:10:24Z

kamease.com

Salah seorang Putra Samalanga Kabupaten Bireuen, di sisi lain juga pendiri Lembaga Aceh Bersatu (LEMBATU ) dan penggiat berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat di Kabupaten Karimun Kepri, sosok yang tenar disapa tengku ini punya ide dalam  membangun perubahan Aceh terutama Kabupaten Bireuen  yang lebih baik. 

Julukan Bireuen sebagai Kota Santri bukanlah hanya bisa memakai kain sarung tiap hari Jum’at, namun harus mampu memberikan contoh yang baik dalam pelayanan public dan membangun imag yang baik ke masyarakat agar di Kabupaten Bireuen hidup suasana sebagai Kota Santri.


Tengku Munawar pernah berkata, proses memperbaiki ini yang disebutnya sebagai tanggung jawab ilmuwan, atau yang perpengetahuan, tentu dengan bekal kompetensi, jaringan internal dan eksternal termasuk komunikasinya dengan tokoh-tokoh Masyarakat di daerah dalam Kabupaten Bireuen.


Melihat dampak yang timbul dari julukan Bireuen sebagai Kota santri seolah biasa saja,seharusnya program selanjutnya yang dibangun yakni disektor Pendidikan. Ia mengatakan pendidikan yang diatur dengan baik untuk melahirkan generasi penerus yang baik.

Pendidikan yang dimaksud oleh Teungku Munawar SPdI adalah Pendidikan Non Formal yang standar untuk di Kabupaten Bireuen, sehingga bisa dilaksanakan di setiap desa dengan menggunakan pasilitas desa, sehingga anak-anak ada pembinaan di setiap desa,maka dengan demikian akan hidup suasana kota santri di Kabupaten Bireuen.
 

Sementara itu ia juga menyebut persoalan kendala dalam penerapan Standarisasi  Pendidikan Nonformal di Bireuen. Ia mengaku telah melihat daerah lain sehingga dapat membandingkan kerumitan untuk penerapan di Kabupaten Bireuen.

1. Kendala pertama, adanya orang yang tidak suka bila orang lain lebik baik daripadanya, sehingga bila ada orang yang berbuat baik akan mengusik kenyamanannya. Namun kalau ada yang berbuat tidak baik dia aman-aman aja seolah tidak ada kejadian dan orang tersebut tidak akan mau bila diajak untuk berbuat bersama untuk yang baik, tapi bila dia yang ajak seolah kita akan berdosa besar karna tidak mau mengikuti dia karena dia mengajak untuk kebaikan ( kebaikan yang dimaksud adalah yang dianjurkan dalam Islam ).
 
2. Kendala yang kedua adalah, karena kebanyakan masyarakat di Aceh maunya yang instan, sehingga apapun yang kita lakukan kalau prosesnya panjang dan memakan masa yang lama, akan susah untuk bisa terlaksana, memang karakter orang yang suka terhadap yang instan itu memiliki sifat yang cepat bosan.
 
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update